DAMPAK KRISIS GLOBAL TERHADAP KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA
Krisis
ekonomi global adalah peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia
mengalami keruntuhan/degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.
Krisis ekonomi Global terjadi karena permasalahan ekonomi pasar di seluruh
dunia yang tidak dapat dielakkan karena kebangkrutan maupun adanya situasi
ekonomi yang carut marut. Sektor yang terkena imbasan krisis ekonomi global
adalah seluruh sektor bidang kehidupan. Namun, yang paling tampak gejalanya
adalah sektor ekonomi dari terkecil hingga yang terbesar. Krisis ekonomi global
yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula pada krisis ekonomi Amerika
Serikat yang lalu menyebar ke Negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Krisis ekonomi Amerika diawali karena adanya dorongan untuk konsumsi
(propincity to Consume). Rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di luar
batas kemampuan pendapatan yang diterimanya. Mereka hidup dalam hutang, belanja
dengan kartu kredit, dan kredit perumahan. Akibatnya, lembaga keuangan yang
memberikan kredit tersebut bangkrut karena kehilangan likuiditasnya, karena
piutang perusahaan kepada para kreditor perumahan telah digadaikan kepada
lembaga pemberi pinjaman. Pada akhirnya, perusahaan-perusahaan tersebut harus
bangkrut karena tidak dapat membayar seluruh hutang-hutangnya yang mengalami jatuh
tempo pada saat yang bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan finansial
tersebut mengakibatkan bursa saham Wall Street menjadi tak berdaya,
perusahaan-perusahaan besar tidak sanggup bertahan, seperti Lehman Brothers dan
Goldman Sachs. Krisis tersebut terus merambat ke sektor riil dan non-keuangan
di seluruh dunia. Krisis keuangan di Amerika Serikat pada awal dan pertengahan
tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat
yang selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar atas produk-produk dari
berbagai Negara di seluruh dunia. Penurunan daya serap pasar itu menyebabkan
volume impor menurun drastis yang berarti menurunnya ekspor dari Negara-negara
produsen berbagai produk yang selama ini dikonsumsi ataupun yang dibutuhkan
oleh industri Amerika Serikat. Oleh karena volume ekonomi Amerika Serikat itu
sangat besar, maka sudah tentu dampaknya kepada semua Negara pengekspor di
seluruh dunia menjadi serius pula, terutama Negara-negara yang mengandalkan
ekspornya ke Amerika Serikat.
Krisis
ekonomi Amerika tersebut yang semakin lama semakin merambat menjadi krisis
ekonomi global karena sebenarnya perekonomian di dunia ini saling terhubung
satu sama lainnya, peristiwa yang terjadi di suatu tempat akan berpengaruh di
tempat lainnya. Dan tidak jarang dampak yang terjadi jauh lebih besar daripada
yang terjadi di tempat asalnya. Oleh karena itu Indonesia juga turut merasakan
krisis ekonomi global ini. Indonesia merupakan Negara yang masih sangat
bergantung dengan aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis global
ini secara otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari
Indonesia. Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang kita. Aliran dana
asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk
menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak
berdaya, yang pada ujungnya Negara kembalilah yang harus menanggung hutang
perbankan dan perusahaan swasta.
Berdasarkan
hasil analisis dengan memanfaatkan Tabel Input Output Indonesia tahun 2008,
diketahui bahwa penurunan ekspor Indonesia sebesar 1% akan berimbas pada
penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor industri sebesar 0,42%. Selain
berimbas ke sektor industri, penurunan ekspor tersebut juga berdampak terhadap
penyerapan tenaga kerja di sektor lain, terutama sektor pertanian. Secara
keseluruhan, penurunan ekspor di sektor industri akan berdampak terhadap
penurunan total tenaga kerja sebesar 0,17%. Adanya krisis global, memberi
dampak semakin banyaknya perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerjanya.
Diperkirakan 200 ribu jiwa menjadi pengangguran pada tahun 2009. Dengan
bertambahnya angka pengangguran maka pendapatan per kapita juga akan berkurang
dan angka kemiskinan juga akan ikut bertambah pula. Karena krisis yang terjadi
adalah krisis global, maka tenaga kerja kita yang ada di luar negeri juga
merasakan imbasnya. Negara-negara luar merencanakan untuk memulangkan sekitar
1,2 juta TKI yang mayoritas berasal dari Indonesia karena akan memprioritaskan
pekerja lokal. Hal tersebut tentu saja sangat mempengaruhi roda perekonomian
Negara kita. Jika pemerintah tidak dapat menyediakan lapangan kerja yang cukup,
maka krisis ini akan menjadi krisis yang sangat besar. Bagi Indonesia,
pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat terjadi di dalam negeri dan di luar
negeri. Karena itu, angka pengangguran dapat meningkat, baik karena (a)
terjadinya pemutusan hubungan kerja di dalam negeri, (b) pemulangan tenaga
kerja yang hubungan kerjanya diputus di luar negeri, maupun karena (c)
munculnya angkatan kerja baru yang tidak dapat ditampung oleh kesempatan kerja
yang tersedia, karena tidak adanya investasi baru yang menyerap tenaga mereka.
Kelas buruh merupakan kelas yang paling merasakan dampak dari
setiap krisis kapitalisme yang terjadi karena memang kelas buruh merupakan
tenaga produktif yang menggerakan proses produksi, sehingga kelas buruh
merasakan secara langsung dari praktik penghisapan di bawah sistem kapitalisme.
Padahal, buruh adalah tenaga yang mampu menghasilkan profit atau keuntungan yang
sangat besar bagi perusahaan dari proses produksi yang dilakukan. Akan tetapi,
nilai yang dihasilkan diambil oleh para pemilik modal yang tidak terlibat dalam
proses produksi atau hanya menunggu hasil saja sehingga keuntungan yang
dihasilkan buruh hanya memperkaya kelas pemilik modal. Krisis global melahirkan
persoalan-persoalan baru disektor perburuhan dan itu berakibat langsung
terhadap kelas buruh. Diantaranya pertama, melakukan pemotongan upah dengan
alasan mengurangi cost produksi. Upah buruh yang sebelumnya secara kelayakan
masih belum layak alias masih rendah ditambah lagi dengan penurunan upah, hal
ini niscaya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan kaum buruh. Artinya, upah
yang rendah mengurangi daya beli kelas buruh akan barang dan jasa ditengah
tuntuan kebutuhan yang tinggi. Harga kebutuhan yang semakin tinggi juga dengan
situasi ekonomi politik yang tidak menunjukkan keberpihakan pada kelas buruh.
Kedua, kehilangan pekerjaan akibat dari PHK yang dilakukan perusahaan ataupun
akibat penutupan usaha. Tidak sedikit perusahaan melakukan PHK dan merumahkan
kelas buruh akibat dari krisis sehingga kelas buruh tidak lagi mempunyai
pendapatan dan pastinya tidak akan mampu menjawab kebutuhan hidupnya sekarang
maupun kedepannya.
Untuk mengatasi problema ini, pemerintah telah merencanakan suatu
program yang bernama Gerakan Nasional Padat Karya. Gerakan ini diharapkan dapat
benar-benar diikuti oleh segenap potensi yang kita miliki sebagai bangsa untuk
membuat rakyat Indonesia bekerja dan mempekerjakan dirinya sendiri atau
mempekerjakan orang lain sebanyak-banyaknya. Gerakan ini melibatkan semua
lapisan masyarakat mulai dari pejabat pemerintahan, masyarakat yang hidup di
daerah perkotaan sampai ke masyarakat di pedesaan di seluruh tanah air. Pertama, perluasan kesempatan
berusaha yang sebanyak-banyaknya. Untuk memperluas kesempatan usaha yang
sebanyak-banyaknya, diperlukan berbagai fasilitas pendukung. Pemerintah perlu
mengeluarkan paket kebijakan tersendiri di bidang perkreditan usaha kecil dan
menengah (UMKM), fasilitas perpajakan, serta bimbingan produksi dan pemasaran
di bidang-bidang pertanian dan perkebunan, nelayan, industri kecil dan
menengah, industri pariwisata dan industri kreatif lainnya, serta di bidang
perdagangan. Bimbingan teknologi dan manajemen sangat diperlukan agar para
pengusaha pemula dapat produktif berusaha. Kedua, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan rel kereta
api secara bergotong royong. Pola gotong royong ini sudah lama diabaikan,
padahal dapat dipakai sebagai instrumen untuk menggerakkan program padat karya,
terutama dalam membangun infrastruktur jalan, jembatan dan rel kereta api.
Tentu saja, perangkat peraturan yang menunjang untuk itu harus direvisi,
misalnya ketentuan peraturan mengenai administrasi keuangan, sistem tender proyek,
dan sebagainya yang tidak memungkinkan dilakukannya pola gotong royong. Padahal
kelemahan dan kekurangan sistim non-tender dapat diatasi dengan meningkatkan
pengawasan internal dan eksternal sehingga kebocoran dan korupsi dapat dicegah.
Ketiga, penerapan jadwal kerja
industri dan perkantoran secara bergiliran, 2 atau 3 shift. Hal ini dapat
dilakukan dengan menambah jam kerja dari 8 jam sehari menjadi 12 jam sehari,
tetapi dilakukan oleh 2 orang untuk setiap pekerjaan. Kedua orangnya berbagi
jam kerja selama 6 hari, masing-masing 3 hari kerja atau bekerja selama 6 jam x
6 hari seminggu. Bahkan, jadwal kerja dapat pula dibagi untuk 3 orang setiap
hari untuk setiap pekerjaan, sehingga setiap orang dapat bekerja 4 jam sehari
selama 5-6 hari seminggu. Dengan pembagian jadwal kerja demikian, kesempatan
kerja dapat dibagikan secara merata, sehingga daya serap tenaga kerja dapat
diperluas dengan tetap menjaga dan meningkatkan produktifitas kerja dan usaha. Ke-empat, peningkatan pelatihan kerja
dan pendidikan/pelatihan kembali (remedial
education and remedial training) untuk para sarjana, penyelenggaraan
program sarjana masuk desa, program transmigrasi sarjana masuk. Sekarang,
rata-rata ada sekitar 300-an ribu sarjana yang diproduksi oleh berbagai
perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Namun, perekonomian
nasional dan pasar tenaga kerja tidak dapat menyerap mereka seluruhnya. Karena
itu, para sarjana baru tersebut dapat dilatih kembali untuk mampu menciptakan
pekerjaan untuk dirinya sendiri atau mengikuti program transmigrasi sarjana. Kelima, revitalisasi pendidikan
menengah kejuruan (SMK) dan politeknik serta peningkatan relevansi kurikulum
dan program belajar mengajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja. Dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan nasional, diperlukan
reorientasi kurikulum pendidikan tinggi dan menengah serta perlunya melakukan
revitalisasi pendidikan kejuruan dengan memperkuat Sekolah Menengah Kejuruan
dan Politeknik di setiap kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Pendidikan
kejuruan tersebut diarahkan untuk mengisi dan menciptakan lapangan kerja di
dalam negeri dan di luar negeri, sehingga setiap murid dapat diwajibkan
menguasai 1 bahasa asing, seperti Inggris, Arab, dll.
Solusi lainnya adalah penguatan sektor mikro yang relatif tidak
terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal seperti nilai tukar, kebutuhan Negara
lain, keadaan ekonomi politik Negara lain, dan perjanjian dalam forum
perdagangan seperti WTO. Sudah saatnya ekonomi Indonesia berbasis SDM serta SDA
asli Indonesia diberi peluang lebih untuk membangun fondasi perekonomian
Indonesia berbasis usaha mikro yang terbukti lebih tahan terhadap goncangan
serta dapat lebih memberdayakan tenaga kerja Negara ini agar tingkat
pengangguran semakin berkurang.
Ada
beberapa kasus yang dianggap sebagai penyebab terjadinya krisis saat ini,
antara lain Penumpukan hutang nasional hingga mencapai 8.98 trilyun dollar AS
sedangkan PDB hanya 13 trilyun dollar AS2, Terdapat program pengurangan pajak
korporasi sebesar 1.35 trilyun dollar (akibatnya pandangan AS berkurang), Pembengkakan
biaya perang Irak dan afganistan (hasilnya Irak tidak aman dan Osama Bin laden
tidak tertangkap juga) setelah membiayai perang Korea dan Vietnam, CFTC (
Commodity Futures Trading Commision) sebuah lembaga pengawas keungan tidak
mengawasi ICE (Inter Continental Commision) sebuah badan yang melakukan
aktifitas perdangangan berjangka, dimana ICE turut berperan mendongkrak harga
minyak hingga USD 100/barel5, Subprime Mortgage: kerugian surat berharga
property sehingga membangkrutkan Merryl Lynch, Goldman Saschs, Mitsubishi UFJ6,
dan keputusan suku bunga murah dapat mendorang spekulasi.
Krisis
global di AS kali ini menimbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa
dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang
mereka di pasar saham. Mereka beramai-ramai menjual saham sehingga bursa
saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham Cina anjlok 57%, India 52%, Indonesia
41% (sebelum semua kegiatan dihentikan sementara) dan zona eropa 37%. Sementara
pasar surat utang terpuruk, mata uang Negara berkembang melemah dan harga
komoditas anjlok, apalagi para spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi
ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia.
Krisis
pasar modal (saham dan surat utang) global pada dasarnya hanya mempengaruhi investor
pasar modal. Tetapi krisis perbankan global bisa mempengaruhi sector riil
ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Inti cerita yang terjadi adalah sektor
perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan enggan meminjamkan
dollarnya, termasuk ke bank-bank internasional di eropa dan Asia. Akibatnya,
perbankan internasional kekurangan dolar untuk member pinjaman ke para
pengusaha dunia yang membutuhkan dollar untuk investasi (untuk impor mesin,
bahan baku dan sebahagiannya) termasuk di Indonesia.
Cara mengatasi permasalah Krisis ekonomi bagi masyarakat
adalah lebih selektif dalam memenuhi kebutuhan dan bersikap kooperatif bersama
pemerintah dan sebaliknya dari pemerintah untuk lebih sigap dalam situasi
masyarakat