Kamis, 26 Maret 2015

PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI



 PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI
               Pertumbuhan ekonomi sudah dijelaskan dalam artikel sebelumnya. Namun, sebelum kita membahas tentang struktur ekonomi, mari kita review sekilas tentang pertumbuhan ekonomi. Agar arah pembahasan artikel ini tidak melenceng jauh dari pokok permasalahn yang akan dibahas. Sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Ada empat Teori yang mengemukakan tentang pertumbuhan ekonomi. Teori-teori tersebut diantaranya, yang pertama ialah teori klasik, yang dicetuskan oleh Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus, dan Marx. Teori pertumbuhan ekonomi yang kedua ialah teori Neo-Keynes oleh Harrod dan Domar. Teori pertumbuhan ekonomi yang ketiga ialah teori Neo-Klasik yang terdiri dari Alfred marshall, Leon Walras dan Knut Wicksel. Dan Teori pertumbuhan ekonomi yang ke-empat ialah teori modern. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya sumber daya alam, akumulasi modal, pertambahan penduduk dan angkatan kerja, kemajuan teknologi, dan sistem sosial dan sikap masyarakat. Pada masa orde baru, Indonesia menerapkan sistem Planned Economy, yang terdiri dari lima tahapan. Diantaranya tahap pertama, yaitu mengubah pola atau basis tradisonal menjadi pola perekonomian modern, tahap kedua ialah precondition (tinggal landas), tahap ketiga adalah initiating take off, tahap yang ke-empat ialah tinggal landas, dan tahap kelima adalah tahap konsumsi tinggi,
              Istilah struktur dipakai untuk menunjukkan susunan atau komposisi dari sesuatu. Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau yang diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Dimaksudkan dengan sektor ekonomi yang dominan atau yang diandalkan adalah sektor ekonomi yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk serta menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar. Sektor ekonomi yang dominan atau andal dapat juga berarti sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap produk nasional dengan laju pertumbuhan yang tinggi, yang menjadi ciri khas dari suatu perekonomian.
               Dikenal dua macam struktur ekonomi, yaitu struktur ekonomi agraris, ialah struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduknya. Pada umumnya Negara-negara berkembang (developing countries) termasuk Indonesia disebut Negara agraris, dan Negara-negara yang termasuk Negara-negara belum berkembang (under developed countries) yang pertaniannya masih sangat tradisional dikategorikan sebagai Negara agraris tradisional. Struktur ekonomi yang kedua ialah struktur ekonomi Industri, dimana struktur ekonomi didominasi oleh sektor industri. Sebagian besar produk domestik disumbangkan untuk laju pertumbuhan ekonomi yang tinggal disumbangkan oleh sektor industri. Negara-negara amerika Serikat, Jerman, Inggris, Perancis, Italy, Jepang dan Kanada yang termasuk Negara industri maju.
              Menurut Dumairy struktur perekonomian suatu negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Setidak-tidaknya struktur perekonomian dapat dilihat dari empat sudut tinjauan, yaitu tinjauan makro-sektoral, tinjauan keuangan, tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan. Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat berstruktur agraris, industri, atau niaga. Hal ini tergantung pada sektor apa/mana yang dapat menjadi tulang punggung perekonomian Negara yang bersangkutan. Dilihat secara makro sektoral dalam bentuk produk domestik bruto maka struktur perekonomian Indonesia sampai tahun 1990-an masih agraris, namun sekarang sudah berstruktur industri. Berdasarkan tinjauan keruangan perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan / tradisional dan berstruktur kekotaan/modern. Ditinjau dari sudut pandang keruangan, struktur perekonomian telah bergeser dari struktur pedesaan menjadi struktur perkotaan. Hal ini dapat kita lihat dan kita rasakan sejak Pelita I hingga era reformasi sekarang ini. Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh lebih besar dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini disebabkan pembangunan industri-industri pengolahan di daerah perkotaan dan juga makin berkembangnya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Berdasarkan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, struktur perekonomian dapat dibedakan menjadi struktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat ini bergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeranm utama dalam perekonomian yang berangkutan, yaitu bisa pemerintah/negara, bisa rakyat kebanyakan atau kalangan pemodal dan usahawan. Struktur ekonomi Indonesia sejak awal Orde Baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an berstruktur etatis dimana pemerintah atau Negara dengan BUMN dan BUMD merupakan pelaku utama perekonomian Indonesia. Mulai pertengahan dasawarsa 1990-an peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur dikurangi, Struktur ekonomi untuk sementara adalah ke perekonomian yang berstruktur borjuis, dan belum mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawan kuatlah yang dapat dengan cepat menanggapi undangan dari pemerintah tersebut. Hal ini berakibat terjadinya ekonomi konglomerasi dimana hanya beberapa orang pemodal kuat yang mengendalikan sektor-sektor ekonomi di Indonesia, yang dampaknya yaitu ambruknya perekonomian Indonesia karena tidak terkendalinya investasi-investasi yang dananya berupa pinjaman dari luar negeri.
Pada era revormasi, struktur ekonomi Indonesia diarahkana pada struktur ekonomi egaliter dimana seluruh penggerak roda perekonomian dilibatkan dalam membangun perekonomian Indonesia. Misalnya dengan memperkuat peran usaha-usaha koperasi, pengusaha mikro, kecil dan menengah karena dianggap pelaku-pelaku ekonomi yang tahan menghadapai krisis ekonomi, dan dianggap sebagai pelaku-pelaku ekonomi yang mampu menjadi penyangga perekonomian Indonesia. Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambila keputusan. Dilihat dari sudut tinjauan ini, struktur ekonomi dapat dibedakan menjadi struktur ekonomi yang terpusat (sentralisasi) dan desentralisasi. Struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah sentralistis. Dalam struktur ekonomi yang sentralistis pembuatan keputusannya lebih banyak ditetapkan oleh pemrintah pusat atau kalangan pemerintahan. Namun sejak diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 dan telah diubah menjadi UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan struktur perekonomian yang etatis menjadi egaliter, yang tadinya sentralistis menjadi desentralistis.
                Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor primer ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor sekunder khususnya industry manufaktur. Ada kecenderungan semakin tinggi atau semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain yang mendukung proses tersebut seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi tersedia.
                Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yaitu dari Arthur Lewis  tentang teori migrasi dan Hollis Chenery dengan teori transformasi struktural. Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Dalam teorinya, lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua. Yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industry sebagai sektor utama. Karena perekonomian di pedesaan masih bersifat tradisional dan sub sistem, dan pertumbuhan penduduk yang tinggi maka terjadi kelebihan supplay tenaga kerja.
                Indikator yang sering digunakan dalam studi empiris untuk mengukur pola perubahan struktur ekonomi adalah distribusi kesempatan kerja menurut sektor. Dalam pendapatan perkapita yang rendah, sektor primer merupakan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Namun pada tingkat pendapatan perkapita yang tinggi,  sektor-sektor sekunder terutama industri menjadi sangat penting dalam penyediaan kesempatan kerja. Di Indonesia, proses perubahan struktur ekonomi boleh dikatakan cukup pesat. Periode sejak tahun 1983 hingga krisis ekonomi, peran sektor-sektor primer cenderung menurun, sedangkan sektor-sektor sekunder seperti industry manufaktur, listrik, gas, air, serta kontruksi dan sektor-sektor tersier yakni perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi, bank dan keuangan, dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya terus meningkat. Perubahan struktur ekonomi yang memperlemah posisi relative dari pertanian dan pertambanagan di dalam perekonomian nasional ini disebabkan laju pertumbuhan outpur rata-rata pertahun di kedua sektor tersebut relative lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output rata-rata per tahun di sektor-sektor sekunder terutama industry manufaktur dan tersier khususnya keuangan dan perBankan.
                Singkatnya, struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Gambaran kondisi struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat melalui kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap pembentukan PDB. Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila kontribusi/pangsa PDB dari sektor ekonomi yang mulanya dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain. Jika kita lihat dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Indonesia. Struktur perekonomian Indonesia yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur yang tradisional. Sekarang kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke struktur industrial, dari struktur yang etatis ke struktur yang borjuis, dari struktur pedesaan/tradisional ke struktur perkotaan.modern, sementara dalama hal birokrasi dan pengambilan keputusan sudah mulai desentralisasi.

Daftar Pustaka:

Tambunan, Tulus T.H.2001.Perekonomian Indonesia:Teori dan temuan empiris. Jakarta:Salemba empat
https://aisyaahh.wordpress.com/2013/04/29/struktur-ekonomi-indonesia/ (diakses tanggal 13 Maret 2015 Pukul 14:33 WIB)
http://ekanurdiyanto.blogspot.com/2012/04/struktur-ekonomi-indonesia.html (diakses tanggal 13 Maret 2015 Pukul 14:44 WIB)

Minggu, 15 Maret 2015

MENUJU PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS


MENUJU PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS
Saat kita berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, maka pembicaraan kita tidak jauh dari pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional  secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun bukan suatu indikator yang bagus, kesejahteraan masyarakat dilihat dari aspek ekonominya. Hal itu dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional per kapita. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan. Bagi Negara Indonesia yang jumlah penduduknya tergolong besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi serta ditambah lagi dengan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan pada awal proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat tercapai.
Indonesia sendiri membutuhkan pertumbuhan ekonomi berkualitas atau inklusive growth yang banyak menyerap tenaga kerja, bukan sekedar besaran angka. Dari wacana tersebut,Indonesia sangat berpotensi besar dalam membuat beberapa kebijakan untuk bisa meninjau kembai analisa yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pembangunan dan pertumbuhan adalah dua hal yang tidak dapat dipidahkan, tetapi diantara dua hal tersebut terdapat Trade – off atau pertukaran untuk bisa memilih suatu keputusan pemerataan masyarakat di Indonesia atau menunjang pertumbuhannya.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Tolak ukur pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan hasil produksi (output) dalam tingkat nyata ekonomi dan diukur melalui perubahan hasil produksi setiap tahunnya dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Oleh karena itu, semakin bertambahnya pendapatan masyarakat setiap tahunnya, maka akan bertambah pula kebutuhan konsumsi setiap tahunnya. Selain dari sisi permintaan (konsumsi), dari segi penawaran, pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja  (sumber pendapatan).
Ada empat Teori yang mengemukakan tentang pertumbuhan ekonomi. Teori-teori tersebut diantaranya, yang pertama ialah teori klasik. Dasar pemikiran dari teori klasik ini adalah pembangunan ekonomi yang diandasi oleh sistem liberal, yang mana pertumbuhan ekonomi dipacu oleh semangat untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Jika keuntungan meningkat, tabungan akan meningkat, dan investasi juga akan bertambah. Hal ini akan meningkatkan stok modal yang ada, skala produksi meningkat dan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja sehingga tingkat upah juga meningkat. Yang termasuk dalam teori pertumbuhan ini ialah teori pertumbuhan Adam Smith, yang mengemukaan bahwa faktor penentu proses produksi ada tiga yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan barang modal. Yang kedua ialah teori pertumbuhan David Ricardo. Beliau mengemukaan bahwa pertumbuhan ditentukan oleh sumber daya alam (dalam arti tanah) yang terbatas jumlahnya, dan jumlah penduduk yang menghasilkan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri dengan tingkat upah, di atas atau di bawah tingkat upah alamiah. Yang ketiga ialah teori pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus. Yang mengemukaan bahwa ukuran keberhasilan suatu perekonomian adalah kesejahteraan Negara. Sektor yang dominan adalah pertanian dan industri. Serta ada dua penentu yang menjadi tolak ukur yaitu faktor - faktor ekonomi (Tanah, tenaga kerja, modal) dan faktor – faktor non ekonomi seperi organisasi (keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yang pasti, etos kerja dan disiplin yang tinggi). Pencetus teori klasik yang ke-empat ialah teori Marx. Selanjutnya, teori pertumbuhan ekonomi yang kedua ialah teori Neo-Keynes. Dalam teori ini, Harrod dan Domar memperluas teori Keynes dengan keseimbangan teori ekonomi yakni memfokuskan investasi dan saving. Teori pertumbuhan ekonomi yang ketiga ialah teori Neo-Klasik yang terdiri dari Alfred marshall, Leon Walras dan Knut Wicksel. Dan Teori pertumbuhan ekonomi yang ke-empat ialah teori modern.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya sumber daya alam yang  merupakan faktor  input yang akan diubah menjadi output. Sumber daya alam yang beraneka ragam menjadikan kekayaan akan bahan baku untuk dijadikan beraneka jenis produk tanpa harus mengimpor dari negara lain. Faktor yang kedua ialah akumulasi modal, yakni pendapatan yang ditabung untuk diinvestasikan ke produksi dalam bentuk bahan baku peralatan, pabrik baru dan infrastruktur. Faktor ketiga ialah pertambahan penduduk dan angkatan kerja. Pertambahan penduduk merupakan penambahan jumlah tenaga kerja produktif untuk mengerjakan proses produksi. Faktor yang ke-empat ialah kemajuan teknologi yang merupakan kemajuan hasil riset tentang penemuan-penemuan baru dan teknologi baru, sehingga dapat meningkatkan produktifitas lebih cepat. Faktor yang terakhir ialah  sistem sosial dan sikap masyarakat yang memegang peranan penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.
Fluktuasi Perekonomian Indonesia sangat terkait dengan fluktuasi stabilitas sosial, politik dan keamanan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat secara relatif maupun absolute. Pada masa orde baru, Indonesia menerapkan sistem Planned Economy, yang terdiri dari beberapa tahapan. Diantaranya tahap pertama, yaitu mengubah pola atau basis tradisonal menjadi pola perekonomian modern. Tahap kedua ialah precondition (tinggal landas). Dalam tahap ini, faktor pertanian masih menjadi sektor yang dominan dan penting, kegiatan perekonomian bergerak secara dinamis, juga sektor industri, jasa, dan lembaga keuangan mulai berkembang. Hal ini di realisasikan dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, rel kereta, dan lain-lain. Tahap selanjutnya adalah initiating take off. Dalam tahap ketiga ini,porsi pembangunan mulai diserahkan kepada swasta. Pemerintah lebih bersifat menjadi pendorong melalui peraturan dan kestabilan politik. Peran penanaman modal asing dalam pembangunan semakin tinggi, bahkan jauh lebih tinggi peran swasta maupun domestik Negara. Selanjutnya, Growth Model bertumpu pada akumulasi kapital melalui pasar modal. Tahap yang ke-empat ialah tinggal landas. Ini merupakan tahap yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuncoro tahap ini dibagi menjadi tiga. Yang pertama ialah kenaikan laju investasi produktif antara 5 – 10 persen dari pendapatan nasional, kedua ialah  perkembangan salah satu dari beberapa manufaktur yang sangat tinggi, dan yang ketiga ialah adanya kerangka poitik, institusi yang jelas, dapat mendorong ekspansi di sektor modern. Pada peran ini pemerintah hanya sebagai fasilitator bukan inisiator, peran swasta sangat tinggi dalam pembangunan, mekanisme pasar mulai diperkenalkan dalam Local Currency dalam perdagangan internasional.  Tahap kelima adalah tahap konsumsi tinggi. Meskipun pemerintah berusaha menyadarkan masyarakat bahwa kesejahteraan individu tidak hanya dapat diselesaikan dengan masalah konsumsi, tetapi nyatanya masih banyak kemiskinan melanda, dan pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan pada pendapatan nasional hanya dapat dinikmati oleh golongan masyarakat tertentu saja. Dan dari situlah mulai adanya kerapuhan pada perekonomian, dan selanjutnya terjadilah krisis moneter pada saat itu.
Menanggapi hal diatas, dapat dianalisa beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Diantaranya kredit perbankan yang berperan dalam mendorong perluasan kesempatan kerja dengan penyediaan dana untuk membuka ladang usaha. Faktor analisa yang kedua ialah tingkat konsumsi. Apabila masyarakat banyak mengkonsumsi produk-produk dalam negeri, maka dinyatakan bahwa negara tersebut dapat dominan memenuhi kebutuhan suatu negaranya. Namun apabila masyarakat banyak mengkonsumsi produk – produk luar negeri, maka pertumbuhan ekonomi suatu negara tersebut berkurang. Karena selalu mengkonsumsi produk impor dapat dikatakan pola konsumtif. Faktor yang ketiga ialah tenaga kerja. Posisi tenaga kerja dapat menggerakkan perekonomian suatu daerah, karena tenaga kerja produktif merupakan sumber penerimaan daerah dan merupakan sektor pajak dari konsumen. Faktor ke-empat ialah pengeluaran pemerintah, yang kelima ialah volume ekspor. Semakin tinggi ekspor yang dikeluarkan suatu Negara, semakin tinggi produktifitas kerja dan semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Dan yang terakhir ialah indeks pembangunan Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang memiliki tolak ukur dalam mengurangi masalah masalah  dalam perekonomian, terdapat beberapa strategi yang disebut Triple Track Strategy, yaitu : Pro – Poor, Pro Job, dan Pro Growth. Basis pertama yaitu meningkatkan ekspor dan investasi, basis kedua menggerakkan sektor Riil guna meningkatkan lahan tenaga kerja, basis ketiga yaitu merevitalisasi pertanian, kehutanan, dan ekonomi pedesaan untuk mengurangi kemiskinan. Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, dapat dilakukan beberapa stretegi pembangunan. Yakni dengan menggalakan aksi Pro Job, Pro Poor, dan Pro Growth dengan cara menjamin pendidikan,kesehatan jaminan sosial, dan pemerataan pada tenaga kerja. Pro job lebih ditekankan pada percepatan perluasan lapangan pekerjaan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas mampu mencerminkan adanya peningkatan aktivitas dunia usaha dan ekonomi yang akan memberikan peluang besar kepada angkatan kerja di pasar. Karena itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas baru dapat dicapai jika disertai dengan peningkatan kesempatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran di masyarakat. Pemerintah  harus mampu mendorong sektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja agar pengangguran dapat ditekan seminimal mungkin. Selanjutnya, pengelolaan ekonomi yang pro poor diarahkan untuk mengurangi kemiskinan. Menurunnya jumlah penduduk miskin merupakan indikator keharusan yang secara langsung dapat menunjukkan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Untuk mengetahui apakah Indonesia sudah termasuk memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, maka kita harus mengetahui bagaimana karakteristik pertumbuhan ekonomi dikatakan berkualitas. Diantaranya pertumbuhan ekonomi yang terus menerus meningkat dan berkelanjutan, adanya pertumbuhan yang dibarengi dengan pemerataan, banyaknya lapangan pekerjaan, dan adanya kesejahteraan masyarakat. Kenapa kita harus menuju pertumbuhan ekonomi yang berkualitas? Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas memiliki beberapa manfaat seperti terbukanya lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperbaiki ekonomi masyarakat, mengurangi risiko gejolak sosial dan meningkatkan stabilitas sosial politik. Namun, dalam upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ini, terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat usaha tersebut. Hambatan-hambatan itu ialah kemiskinan (poverty), permasalahan kemiskinan masih menjadi masalah utama. Di Indonesia, penurunan kemiskinan berjalan lambat. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Yakni kebijakan penanggulangan kemiskinan yang kurang tepat karena kurang memperhatikan karakteristik kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi yang belum berkualitas. Hambatan yang kedua ialah ketimpangan (inequality), meskipun pendapatan perkapita terus meningkat, namun pada saat yang sama ketimpangan pendapatan terus melebar karena rata-rata pengeluaran/pendapatan penduduk golongan bawah lebih lambat dibandingkan kelompok kelas menengah dan kaya.
Sekarang pertanyaanya adalah apakah pertumbuhan ekonomi di Indonesia sudah berkualitas?. Dengan penjelasan diatas, dapat kita tarik benang merah bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama ini belum berkualitas meskipun selama ini pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Dikatakan belum berkualitas karena selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia belum mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dampaknya hanya baru dirasakan oleh masyarakat tertentu. Ketimpangan dalam masyarakat masih ada, pendapatan per kapita masyarakat juga tidak merata, serta penduduk miskin masih saja bertambah. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, diharapkan mampu mengurangi pengangguran dan kemiskinan sehingga kesejahteraan rakyat dapat terwujud melalui (growth with equality). Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas seharusnya berawal dari kesiapan pra-kondisi yang menuntut kemampuan atau kinerja stabilitas ekonomi makro yang kondusif sebagai prasyaratnya. Hasilnya harus dapat berimplikasi yang positif pada tumbuh dan berkembangnya aktivitas riil di semua sektor ekonomi, terutama UMKM. Karena, aktivitas di sektor UMKM pada dasarnya lebih mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sebagai salah satu indikator keberhasilan dari pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tersebut. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas hendaknya lebih diletakkan pada kemampuan dari pengeluaran sektor investasi yang sangat fundamental, khususnya investasi di bidang human capital, capital social, infrastruktur dan teknologi khususnya teknologi informasi. Penguatan investasi pada semua sektor melalui bidang tersebut sangat jelas lebih mampu menciptakan efek ganda (multiplier effect) yang lebih tinggi dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu bangsa (Indonesia). Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas secara berkelanjutan, akan berdampak positif pada semakin maju dan sejahteranya rakyat suatu Negara yang bersangkutan, atau dengan daya kreativitas dan inovatifnya akan lebih mampu merubah dirinya dari kondisi keterbelakangan menuju ke dalam kondisi masyarakat yang lebih maju dan mandiri. Pendek kata, Negara – negara yang sedang berkembang khususnya Indonesia dapat membuat strategi dan penambahan kualitas efektifitas kerja, serta investasi sumber daya manusia untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Daftar pustaka :
Tambunan, Tulus T.H.2001.Perekonomian Indonesia:Teori dan temuan empiris. Jakarta:Salemba empat

Sukirno, Sadono.1985.Ekonomi Pembangunan:Proses,Masalah,dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta:Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi UI,Bima Grafika







Sabtu, 14 Maret 2015

PASAR TRADISIONAL VS PASAR MODERN SERTA PERAN LKM DI DALAMNYA


PASAR TRADISIONAL VS PASAR MODERN SERTA PERAN LKM DI DALAMNYA                            
Bila seseorang diberi pilihan untuk belanja di pasar tradisional atau pasar modern, sudah pasti mereka lebih memilih opsi yang kedua yakni belanja di pasar modern. Menjamurnya pasar modern, dari minimarket hingga supermarket mulai dari daerah perkotaan hingga perkampungan di berbagai daerah membuat  kalangan pedagang pasar tradisional makin terjepit. Pedagang mengaku sulit bersaing karena selain barang dagangan yang beragam, harga yang ditawarkan di pasar modern pun saat ini tergolong murah. Diduga menurunnya daya beli masyarakat di pasar tradisional selama ini akibat konsumen lebih suka memilih belanja di pasar modern, ketimbang di pasar tradisional. Selama ini pasar tradisional dikaitkan dengan kondisi pasar yang becek dan bau, tawar-menawar yang rumit, tidak aman, risiko pengurangan timbangan, penuh sesak, Faktor desain dan tampilan pasar, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, dan sejumlah alasan lainnya yang merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern. Padahal, pasar tradisional juga masih memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki pasar modern, di antaranya adalah Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban dan masih adanya kontak sosial antara pedagang dan pembeli. "Tidak seperti pasar modern yang memaksa konsumen untuk mematuhi harga yang sudah dipatok. Bagaimanapun juga pasar tradisional lebih menggambarkan denyut nadi perekonomian rakyat kebanyakan. Di tempat itu, masih banyak orang yang menggantungkan hidupnya, mulai dari para pedagang kecil, hingga pedagang asongan.
Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Maraknya pasar modern yang mengakibatkan terjepitnya pasar tradisional memang sangat merugikan masyarakat bawah khususnya yang menggantungkan hidupnya pada pasar, Selain mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah dan angka penjualan, peritel modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2,4 persen per tahun terhadap pasar tradisional. Keberadaan pasar modern di Indonesia akan berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan yang pesat ini bisa jadi akan terus menekan keberadaan pasar tradisional pada titik terendah. Pasar modern yang notabene dimiliki oleh peritel asing dan konglomerat lokal akan menggantikan peran pasar tradisional yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat kecil yang sebelumnya menguasai bisnis ritel di Indonesia.
Pertarungan antara pedagang tradisional dengan pasar modern merupakan fenomena umum di era globalisasi. Jika Pemerintah tidak hati-hati, dengan membina keduanya supaya seimbang, Pasar Modern justru akan membuat semua pedagang tradisional mati secara sistematis. Tantangan yang harus dihadapi oleh pasar tradisional diantaranya adalah keterbatasan modal, akses pada institusi keuangan, tidak adanya agunan, kurangnya pilihan pemasok, kemamuan manajemen terbatas dan minimnya fasilitas. Untuk menjawab permasalahan keterbatasan modal, maka perlu mengoptimalkan potensi lembaga keuangan yang dapat menjadi alternatif sumber dana bagi para pedagang di pasar tradisional. Salah satu lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan dan mendorong untuk membiayai kegiatan perekonomian di pasar tradisional yang mayoritas masuk kedalam segmen usaha mikro, kecil dan menengah,  adalah lembaga keuangan mikro (LKM). Dalam hal ini, LKM diharapkan mampu memberikan pencerahan semisal bantuan modal yang dapat diakses oleh pedagang pasar tradisional dan pelaku usaha mikro tanpa harus menerapkan agunan.  Selain itu, LKM juga dapat memfasilitasi dilaksanakanya pelatihan tepat guna yang di integrasikan dalam program tersebut. Tujuanya adalah mengembangkan para pelaku usaha mikro agar dapat menjadi pemilik usaha yang lebih andal dan mandiri untuk menopang persaingan dengan pasar modern. Disini peran Lembaga Keuangan Mikro (LKM) diperlukan untuk membantu pasar tradisional agar tetap mampu bersaing dengan pasar modern sehingga masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pasar tradisional mampu mencapai kesejahteraannya. Dengan jasa pengembangan usaha mikro yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Mikro pada usaha-usaha yang terdapat di pasar tradisional, diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan diri pedagang di pasar tradisional bahwa mereka mampu memberikan semua yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan harga yang lebih rendah daripada pasar modern, namun tetap dengan kualitas yang tidak kalah dengan pasar modern.
Singkat kata, Pasar tradisional masih merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi bersekala mikro, kecil serta menengah. Meskipun keberadaan pasar modern seakan menjadi pesaing utama bagi keberadaan pasar tradisional. Perkembangan pasar modern di Indonesia merupakan pesaing ketat bagi pasar tradisional jika lembaga keuangan mikro sebagai lembaga pemberi jasa keuangan bagi pengusaha kecil tidak berperan aktif sebagai pendorong untuk pembiayaan kegiatan perekonomian di pasar tradisional yang mayoritas masuk kedalam segmen usaha mikro, kecil dan menengah.  Lembaga keuangan mikro dapat menjadi alternatif sumber dana bagi para pedagang di pasar tradisional, karena faktor utama yang menjadi permasalahan dalam pasar tradisional terdapat pada keterbatasan modal. Keberadaan pasar, khususnya tradisional, merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus memperhatikan keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Lembaga keuangan mikro (LKM) diperlukan untuk membantu pasar tradisional agar tetap mampu bersaing dengan pasar modern sehingga masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pasar tradisional mampu mencapai kesejahteraannya. salah satunya  dengan melaksanakan  pelatihan tepat guna yang di integrasikan dalam program pengembangan pasar tradisional tersebut. Tujuanya adalah mengembangkan para pelaku usaha mikro agar dapat menjadi pemilik usaha yang lebih andal dan mandiri untuk menopang persaingan dengan pasar modern.