Pintar itu bukan jaminan. Belajar juga bukan jaminan untuk
menjadi pintar.
Pintar dalam artian akademik bukan jaminan seseorang akan
pintar dalam pemikiran
Pernahkan kalian menangis saat akan menghadapi ujian? Atau bahkan
ingin pinsan saat kalian menjawab soal.?
Kadang kala kita harus mengatakan percuma pada belajar.
Jika akhirnya kita tidak dapat mengerjakan satu soalpun
dengan kata sempurna. Sebenarnya bukan karena kita bodoh dan malas.
Factor lain yang sebenarnya sangat mempengaruhi adalah factor
mental, factor emosi pada diri kita yang mengatakan bahwa kita akan
gagal.mungkin setiap dari anda akan mengatakan lebay jika melihat wajah
seseorang seketika berubah menjadi pucat pasi saat ia menulis satu huruf yang
salah dalam lembar kerja ujianya. Dan setiap dari kalian pasti akan tertawa
melihat seseorang menangis setelah keluar dari ruang ujian. Setiap dari kalian pasti akan mengatakan “ini
baru ujian tengah semester, belum skripsi”.
Ya akupun ingin sekali mengatakan hal itu pada orang yang
menangis histeris di kerumunan banyak orang.
Tahukah kalian bahwa orang yang pintar secara akademik
justru lemah di mental. Memang tidak selamanya seperti itu, namun kebanyakan
dari mereka akan merasa sangat terpukul dan merasa semua telah berakhir saat ia
mengalami kegagalan.
Ia akan merasa malu pada teman-temanya, kedua orang tuanya
bahkan sangat malu pada dirinya sendiri. Ini merupakan beban psikis seseorang
yang terbiasa mendapatkan nilai sesuai dengan yang diharapkan.
Disiplin bukan berarti kita akan menemukan jalan yang
benar-benar lurus. Namun disiplin kadang kala akan mempertemukan kita pada
keadaan yang tak pernah kita harapkan. Dan saat mental kita benar-benar down
dan kacau, maka kita akan bertanya “kenapa tidak ada jalan untuk orang yang
benar-benar berusaha sepertiku?”
Seseorang yang sedang dalam posisi tersebut akan merasa
benar-benar sendiri. Saat orang lain hanya mengatakan sabar dan ikhlas. Karena setiap
dari mereka tak pernah mengerti seperti apa hancur yang seseorang hadapi .
Sesuatu yang sepele akan sangat berarti jika itu menjadi
salah satu penentu bagi terwujudnya tujuan hidup. Para orang tua kadang hanya
berkata
“gagal hari ini belum tentu gagal untuk besok. Orang tidak
akan merasa sukses kalau belum pernah merasa gagal. Tidak perlu dipikirkan. Ibu
lebih suka mempunyai anak yang periang
walau kurang berprestasi. Daripada anak yang berprestasi tapi selalu
murung” -bundaku
Dan seorang anak yang benar-benar kacau akan memiliki sebuah
pemikiran, apakah yang aku lakukan untuk ibu selama ini salah?.
“jadi anak yang tegar menghadapi kenyataan. Karena dunia serba berpasangan. Ada sukses pasti ada gagal. Kegagalan bukan akhir dari segalanya” –
bundaku
“jadilah orang yang bisa menghadapi kenyataan hidup. Sepahit
apapun itu. Hadapi dengan ikhlas jika memang itu kenyataanya” – bundaku
Dan satu yang anak tangisi dengan setiap kalimat-kalimat itu
“aku hanya tidak ingin ibu merasa percuma sudah menyekolahkanku tinggi-tingggi
namun hasilnya sama saja”