Selasa, 28 Oktober 2014

pintar akademik bukan jaminan pintar mental



Pintar itu bukan jaminan. Belajar juga bukan jaminan untuk menjadi pintar.
Pintar dalam artian akademik bukan jaminan seseorang akan pintar dalam pemikiran
Pernahkan kalian menangis saat akan menghadapi ujian? Atau bahkan ingin pinsan saat kalian menjawab soal.?
Kadang kala kita harus mengatakan percuma pada belajar.
Jika akhirnya kita tidak dapat mengerjakan satu soalpun dengan kata sempurna. Sebenarnya bukan karena kita bodoh dan malas.
Factor lain yang sebenarnya sangat mempengaruhi adalah factor mental, factor emosi pada diri kita yang mengatakan bahwa kita akan gagal.mungkin setiap dari anda akan mengatakan lebay jika melihat wajah seseorang seketika berubah menjadi pucat pasi saat ia menulis satu huruf yang salah dalam lembar kerja ujianya. Dan setiap dari kalian pasti akan tertawa melihat seseorang menangis setelah keluar dari ruang ujian.  Setiap dari kalian pasti akan mengatakan “ini baru ujian tengah semester, belum skripsi”.
Ya akupun ingin sekali mengatakan hal itu pada orang yang menangis histeris di kerumunan banyak orang.
Tahukah kalian bahwa orang yang pintar secara akademik justru lemah di mental. Memang tidak selamanya seperti itu, namun kebanyakan dari mereka akan merasa sangat terpukul dan merasa semua telah berakhir saat ia mengalami kegagalan.
Ia akan merasa malu pada teman-temanya, kedua orang tuanya bahkan sangat malu pada dirinya sendiri. Ini merupakan beban psikis seseorang yang terbiasa mendapatkan nilai sesuai dengan yang diharapkan.
Disiplin bukan berarti kita akan menemukan jalan yang benar-benar lurus. Namun disiplin kadang kala akan mempertemukan kita pada keadaan yang tak pernah kita harapkan. Dan saat mental kita benar-benar down dan kacau, maka kita akan bertanya “kenapa tidak ada jalan untuk orang yang benar-benar berusaha sepertiku?”
Seseorang yang sedang dalam posisi tersebut akan merasa benar-benar sendiri. Saat orang lain hanya mengatakan sabar dan ikhlas. Karena setiap dari mereka tak pernah mengerti seperti apa hancur yang seseorang hadapi .
Sesuatu yang sepele akan sangat berarti jika itu menjadi salah satu penentu bagi terwujudnya tujuan hidup. Para orang tua kadang hanya berkata

gagal hari ini belum tentu gagal untuk besok. Orang tidak akan merasa sukses kalau belum pernah merasa gagal. Tidak perlu dipikirkan. Ibu lebih suka mempunyai anak yang periang  walau kurang berprestasi. Daripada anak yang berprestasi tapi selalu murung” -bundaku

Dan seorang anak yang benar-benar kacau akan memiliki sebuah pemikiran, apakah yang aku lakukan untuk ibu selama ini salah?.

jadi anak yang tegar menghadapi kenyataan.  Karena dunia serba berpasangan.  Ada sukses pasti ada gagal.  Kegagalan bukan akhir dari segalanya” – bundaku


“jadilah orang yang bisa menghadapi kenyataan hidup. Sepahit apapun itu. Hadapi dengan ikhlas jika memang itu kenyataanya” – bundaku

Dan satu yang anak tangisi dengan setiap kalimat-kalimat itu “aku hanya tidak ingin ibu merasa percuma sudah menyekolahkanku tinggi-tingggi namun hasilnya sama saja”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar