Jumat, 07 November 2014

Makan, Untuk apa?



Hay hello, happy 7th November.
Kali ini aku pengen share sesuatu hal yang masih menjadi pertanyaan dari awal aku masuk kuliah di tahun 2013 lalu sampe sekarang. Sebenarnya baru 3 semester sih, hehe.
Begini, waktu pertama aku akan masuk kuliah, aku sempet Tanya pada diriku sendiri. Apa aku bisa ngatur keuanganku sendiri? Toh selama ini aku hidup bersama bunda yang selalu menjadi penasehat keuanganku, nah sebentar lagi aku akan mencoba hidup jauh dari bunda, dan otomatis aku akan menjadi Direktur, Menejer, Bendahara, dan Konsultan keuangan bagi keuanganku sendiri. Kalo bahasa ekonominya literasi keuangan *baru ngerti kemaren.
Hal pertama yang menjadi bagian yang membingungkan sekaligus menyebalkan adalah makan. Ya karna sebelumnya aku memang orang yang ogah-ogahan sama yang namanya makan. Meskipun sudah mengidap penyakit magh. Waktu semester pertama, itu pertama kalinya aku keluar malam. Agendanya kumpul-kumpul sama temen satu kelompok ospek.  Kira-kira pukul 21.00 aku dan ketiga temanku (1 cewek 2 cowok) pamitan terlebih dahulu. Sebelum pulang kami berencana untuk nyari makan. Waktu itu dua diantara temenku itu punya hubungan. Ya sebut aja mereka pacaran. Waktu si cowok nanya mau makan apa? Si cewek bilang terserah. Awalnya kita menuju ke nasi goreng, namun setelah muter-muter dan ternyata gak ada, si cowokpun memberi saran untuk makan di warung nasi kucing karena waktu semakin malam.  Dengan otomatis si cewek menjawab “ha? Masa makan nasi kucing? Gak ah, gak mau”. Padahal sebenarnya warung nasi kucing yang dituju bukan nasi kucing di pinggir jalan kok, tapi yang beneran warung. Alhasil kami akhiri pencarian makan kami di sebuah warung bakso. Semenjak saat itu aku jadi bertanya, apa salah makan di warung nasi kucing? Apa salah makan nasi kucing? Salahnya apa? Bukanya makan itu biar kenyang. Nah kalo dia gak suka makan nasi kucing, berarti dia gak suka dengan apa yang aku makan? Bagiku, makan itu asal kenyang, sehat, dan yang pasti ekonomis. Mengingat aku hidup di kost.
Semester dua hal yang lain terjadi. Dan masih seputar dengan makan. Malam itu aku dijemput temen kampus. Eitz… dia cewek kok. Kita rencananya mau jalan sekaligus nyari makan. Kebiasaan ngejengkelin yang biasa aku lakukan adalah bilang “terserah” saat ditanya mau makan apa. Itu yang membuat temenku bingung. Sebenarnya alasan aku bilang terserah agar tidak terjadi hal seperti semester pertama dulu, saat menawarkan makanan ekonomis, tapi terlihat menjauhi makanan itu.  Setelah muter muter kami  putuskan untuk makan di restoran franchise di deket-deket tempat kami. Aku sempet gugup waktu itu, takutnya temenku bakal milih makanan yang harganya relative tinggi sedang aku disisi lain harus ngirit dan disisi lain tidak enak jika memesan makanan ekonomis.  Namun gugupku itu berubah menjadi rasa senang sekaligus bertanya-tanya karna menu yang dipilih adalah paket ekonomis. Selama makan aku berpikir, makan aja pilih tempat yang lumayan bernama, eh yang dipilih paket ekonomis juga. Justru lebih mahal lamongan yang dipinggir jalan.
Sebenarnya mereka makan itu untuk menghilangkan rasa lapar atau apa? Yah, sebagai teman aku hanya bisa mencoba beradaptasi dengan mereka. Membawa diri untuk masuk ke dunia mereka saat sedang bersama mereka. Dan kembali ke duniaku sendiri saat tidak bersama mereka.
Oke sekian inspirasi hari ini. .. ini ispirasiku, mana inspirasimu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar