Hay
pembaca setia silvya’s inspirations,
kayaknya udah lama ya aku gak nulis di blog kesayangan ini. eemmm gak
kayaknya sih, tapi emang udah lama. Maklumlah semester 3 ini banyak banget
tugasnya. Jadi perlu waktu yang bener-bener free buat posting. Dan ini salah
satunya.
Kalian
masih inget MR.H kan? Yang aku tulis di postingan sebelumnya. tentu saja kalian
ingat, karena aku selalu menyebutnya dalam beberapa postingan terakhir. Aku merasa
perasaanku ke dia semakin kuat. Bahkan aku sering memimpikannya dalam
tidur. Beberapa minggu yang lalu aku barusaja
pelantikan dan rapat kerja HMJ Akuntansi. Posisiku sebagai BPH mewajibkanku
untuk selalu berkumpul dengan BPH lain, yang tak lain salah satunya adalah dia.
Aku mencoba professional dengan perasaanku. Aku benar-benar tak bisa membawa
perasaanku kedalam pekerjaanku. Dan itu yang membuatku semakin jauh.
Aku
kira dengan posisi ini aku akan jadi lebih dekat denganya. Memang benar saja
aku jadi semakin dekat denganya. Tapi justru itu yang membuat semakin sakit. Dimulai
dari satatus di social media yang mengatakan bahwa dia mungkin jatuh cinta pada
seseorang. Entah mengapa waktu itu aku juga menuliskan hal yang merupakan
balasan untuk dia. Aku katakan, mungkin aku jatuh cinta dengan orang yang sudah
jatuh cinta pada orang lain. Memang tak ada yang tau siapa orang yang aku
maksud itu, termasuk dia.
Aku
tetep yakin aku gak apa-apa karna aku belum tau kebenarannya. Namun sore ini,
aku harus mulai menjalankan tuntutan tugasku minggu ini. Dilobi kampus tepatnya
aku panggil dia dengan seutas senyum. Karena dia selalu memintaku untuk
tersenyum. Namun dia hanya menjawab “nanti ya sil” sambil tersenyum lalu duduk
disamping gadis yang sedari tadi duduk tidak jauh dari tempatku. Sepertinya anak
semester pertama . dia cantik, anggun, dan selalu senyum seperti yang
diinginkan.
Aku
masih benar-benar taka apa-apa. Tapi setelah percakapan mereka selesai, dia
langsung masuk kelas tanpa menghampiriku sama sekali. Saat itu aku duduk
bersama pria yang membantuku bekeja sore ini, melihat mereka berpisah, pria
disebelahkupun meminta izin untuk berbicara dengan gadis muda itu wajahku berubah
seketika setelah mendengar percakapan mereka.
Haruskan
selalu adik kelas yang mengambil secercah perasaanku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar