Rabu, 20 Mei 2015

Kejutan cinta dari-Nya



Kejutan cinta dari-Nya


Zahra menggenggam tangan Isya dengan kuat, dan berusaha meyakinkan bahwa ini bukan akhir namun ini adalah awal kehidupan barunya. Mata Isya berkaca-kaca seperti hendak mengatakan bahwa dia ingin lari. Ijab qobul yang diucapkan diluar terdengar lancar, hingga seketika semua tamu diam menunggu kata sah dari para wali. Isya mengatakan dengan lirih “jangan”. Namun semua orang diluar kemudian tertawa dan mengucap syukur karena akhirnya mereka sah menjadi suami istri. Saat mereka semua berdoa, Zahra menangis tersedu dan hendak bangun dari duduknya andai saja dia tidak memangku salah satu teman karena kehabisan kursi. Melihat Zahra menangis, Isya pun meneteskan air mata sehingga makeup yang memoles wajahnya retak dihari bahagianya. Untuk melanjutkan acara, Isya berdiri dan meninggalkan Zahra bersama ketiga teman yang lain. Entahlah, dari ke-empat teman Isya, Zahra yang menangis tersedu dalam keaadan itu. Mungkin karena terharu menyaksikan acara sakral tersebut, namun mungkin juga karena merasa bersalah membiarkan hal tersebut terjadi pada hari itu. Itulah yang disebut dengan jodoh. Seseorang tidak dapat merencanakan dengan siapa dia akan berjodoh, dan dengan siapa dia akan menikah. Meskipun seseorang mengatakan tidak ingin, dan seseorang hendak melarang semua itu terjadi, namun kehendak-Nya lah yang paling menentukan. Zahra berharap kelak ia akan menemukan suami yang menyayanginya lahir batin, kaya dunia akhirat, seperti yang diharapkan kedua orang tuanya agar keluarga mereka jauh dari fitnah orang-orang yang sirik.

Seusai acara, Zahra meminta izin untuk pamit. Isya memeluknya dengan erat dan mengucapkan terimakasih karena sudah menginap dirumahnya. Zahra tersenyum kemudian cepat-cepat meninggalkan keramaian tersebut sebelum adzan magrib berkumandang. Keesokan hari, dengan sepeda motor kesayanganya Zahra melaju ke beberapa sekolah sebelum ia berangkat ke kampus untuk mengantarkan surat undangan. Sesampainya di ruangan tata usaha, Zahra mengatakan tujuannya untuk datang ke sekolah tersebut. Karena beberapa guru memang bersifat ramah, Zahra pun tidak sungkan untuk berlama-lama ditempat itu.
“Baiklah kalau begitu, Pak. Saya izin permisi terlebih dahulu” izin Zahra.
“Loh, jangan pergi dulu. Saya kan belum selesai bertanya. Saya juga belum tahu nama mbak nya siapa. saya kan sudah menerima suratnya, jadi saya perlu tahu siapa nama mbak nya” ucap kepala sekolah.
“Nama saya Zahra, Pak.”
“Mbak Zahra di fakultas ekonomi?  jurusan apa?”
“Jurusan Akuntansi, Pak.”
“Kebetulan saya punya sarjana ekonomi. Saya kenalkan ya, Mbak Zahra.”
Aku hanya tersenyum malu mendengar kalimat tersebut.
“Pak, coba panggilkan Danu” perintah kepala sekolah padasalah satu guru di ruangan tersebut.
“Sudah punya calon atau belum?” tanya kepala sekolah kemudian
“Belum, Pak”
“Kebetulan sekali kalau begitu, sebentar lagi dia datang. Dia sarjana ekonomi loh, Mbak. Siapa tahu cocok dan jodoh”
Tidak lama kemudia seorang pemuda datang ke ruangan tersebut.
“Nah, ini orangnya, Mbak.”
“Ada apa, Pak. Kok saya dipanggil”
“Ini loh ada mbak Zahra mengantar undangan lomba di kampusnya”
“Lalu hubungannya dengan saya apa, Pak” tanya pemuda itu kemudian
“Ya kenalan dulu sama mbak Zahra nya. Dia kuliah di ekonomi, kamu kan sarjana ekonomi, biar dia matang ilmu ekonominya kan bisa belajar sama kamu”
“Ekonominya jurusan apa, Mbak?” Tanya Danu pada Zahra
“Akuntansi, Mas.”
“Akuntansi kok, Pak. Saya kan Menejemen”
“Tapi Akuntansi kan gandengannya sama menejemen, Danu”
“Tapi saya menejemen marketing, Pak”
“Sama saja, yang penting ekonomi”
“Wah, Bapak ini ada-ada saja”
Zahra hanya tersenyum mendengar percakapan para guru di ruangan tersebut.
“Danu, nanti kalau kamu mengantar anak-anak registrasi lomba, kamu hubungi saja mbak Zahra”
“Kok saya, Pak”
“Ya saya minta kamu yang kesana, dan Mbak Zahra tolong nanti Danu di pandu saat registrasi, hafalkan wajahnya, Ya”
“Baik, Pak”
Setelah meninggalkan nomor handphone, Zahra pun izin pamit dan meninggalkan ruangan tersebut dengan senyuman mengingat dialog lucu para guru beberapa menit yang lalu.

Dua minggu kemudian seperti yang sudah ditugaskan sebelumnya, Danu mengantarkan anak-anak SMA ke kampus Zahra untuk melakukan registrasi peserta. Dengan didampingi Zahra, Danu menyelesaikan tugasnya dengan cermat dan lancar. Mungkin itulah awal mereka saling mengenal satu sama lain. Danu benar-benar pria idaman keluarga Zahra. Pria yang mengabdi untuk masyarakat salah satunya dengan mengabdi di MTs. Selain itu, Danu juga seorang sarjana. Pendidikannya yang Insya Allah dapat mencerahkan masa depannya. 

Beberapa tahun hubungan mereka mulai semakin dekat, Zahra juga sudah menyelesaikan kuliahnya beberapa waktu lalu. Kini ia bekerja di sebuah perusahaan di kota kelahiran ayahnya. Namun, hubungannya dengan Danu masih tetap berjalan atas izin Allah. Tepat 4 tahun setelah perkenalannya dimasa kuliah dulu, akhirnya Zahra dan Danu saling mengikat dengan ikatan halal atas dasar pernikahan.
“Apa saya bilang, kalian berjodoh”
“Bapak seperti pencari jodoh saja” jawab Danu
“Yasudah, semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah” ucap kepala sekolah dengan senyum ikhlas di sudut bibirnya.
Tidak lama kemudian, datang seorang wanita dengan digandeng seorang  pria yang tidak lain adalah Isya dan suaminya. Mereka tampak bahagia dengan pernikahan yang sudah berumur 4 tahun itu. Mekipun masih teringat jelas bahwa dulu kami semua menangis mengantarkan ijab qobul itu, namun ternyata rahasia Allah begitu mengejutkan dan istimewa. Ya Allah, sungguh indah jawaban atas rahasiamu. Hari kemarin adalah pembelajaran, hari ini adalah keberkahan dan hari esok adalah kejutan.

“Sesuatu yang akhirnya membahagiakan, kadang diawali dengan hal yang menyakitkan. Percayalah, sesungguhnya jawaban atas rahasia Allah itu begitu indah. Hari kemarin adalah pembelajaran, hari ini adalah keberkahan, dan hari esok adalah rahasia dengan segala kejutan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar