REFORMASI KEBIJAKAN INDUSTRI
Sektor
industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam
sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk – produk industrialisasi selalu
memiliki dasar tukar (terms of trade) yang tinggi atau lebih
menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan
produk – produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki
produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tinggi
kepada pemakainya seta memberikan marjin/keuntungan yang lebih menarik.
Permasalan industry di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang menjadi
PR bagi pemerintah. Bagaimana tidak industry-industri di Negara ini masih
sangat jauh tertinggal dari Negara lain. Banyak sekali yang menjadi
permasalahan dalam bidang industry yang dialami oleh bangsa ini seperti
kurangnya peralatan atau teknologi canggih, sumber daya manusia yang masih
kurang. Permasalahan-permasalahan inilah yang harus diselesaikan dengan
penerapan-penerapan kebijakan yang tepat dari pemerintah.
Semenjak kebijakan pemerintah
tidak lagi mengandalkan ekspor migas, industri manufaktur telah memainkan
peranan yang penting di Indonesia. Bahwa sektor industri manufaktur yang
semakin berorientasi ekspor, telah menopang ekonomi Indonesia. Ekspor industri
manufaktur menyumbang tidak kurang 83-85% terhadap ekspor nonmigas dan sekitar
64-57% terhadap total ekspor Indonesia selama 1994-2005. Bahkan kontribusi
ekspor industri ini telah melampaui ekspor sektor pertanian dan migas sejak
awal dasawarsa 1990-an. Industri manufaktur telah menopang pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Sebelum krisis, Industri manufaktur mampu tumbuh dua digit, yaitu
rata-rata sekitar 11% selama 1974-1997. Meski begitu, sejak krisis pertumbuhan
sektor industri relatif rendah hanya berkisar antara 3,5% hingga 7,7%. Pada
tahun 1997, krisis ekonomi melanda indonesia, diikuti oleh krisis politik
besar, dan menyebabkan presiden mengundurkan diri pada tahun 1998.
Kebijakan industri merupakan
upaya atau tindakan pemerintah untuk menstabilkan perekonomian ke arah yang
lebih baik dengan menerapkan kebijakan yang dapat memajukan
industry di Indonesia. Kebijakan industri merupakan suatu
pendekatan yang bersifat agresif yang diusulkan untuk mendorong perkembangan
teknologi dalam kegiatan industri. ( Muana Nanga , Mikroekonomi : 2001
hal 85 ). Industri merupakan unit kegiatan menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat atau konsumen yang diproduksi oleh produsen.
Penyaluran barang dari produsen dilakukan melalui kegiatan distribusi. Orang
atau pihak yang melakukan kegiatan distribusi disebu distributor. Kebijakan
industri dan perdagangan merupakan kebijakan pelengkap untuk menstabilkan
kegiatan perekonomian suatu Negara. Artinya kebijakan ini menopang keberhasilan
dari kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Dengan demikian diberlakukannya
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal tidak akan berhasil tanpa adanya
kebijakan industry dan perdagangan ini. Jadi berdasarkan fakta diatas kebijakan
industry dan perdagangan ini sangat vital sekali peranannya.
Peningkatan kekuatan kompetitif industri-industri
tertentu yang terutama mempengaruhi perekonomian nasional ditentukan oleh
kebijakan yang dikeluarkan oleh negara yang kemudian diterapkan pada level
perusahaan. Oleh karena itu menjadi sangat vital bagi pemerintah untuk
mempertimbangkan dan mengembangkan kebijakan yang menyangkut pembentukan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif. Perlu
dipilih sektor-sektor apa atau industri mana yang harus tetap menjadi milik
Indonesia dan nantinya akan digunakan sebagai pusat keunggulan. Untuk itu
pemerintah sewajarnya membuat kebijakan industri di masa depan yang jelas dan
transparan sehingga tidak menyebabkan warga negara Indonesia, 5 – 10 tahun ke
depan hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Kebijakan industri merupakan
salah satu kaki terpenting dari ketiga kaki pertumbuhan ekonomi nasional,
selain dua kaki yang lain yaitu kebijakan fiskal dan moneter.
Kebijakan
ekonomi indonesia dilaksanakan untuk meningkatkan pengembangan sektor
industrial. Secara umum, dikelompokkan menjadi empat tahap. Tahap pertama,
1966-1974 dianggap tahap liberalisasi ekonomi. Situasi ekonomi pada tahun 1966
mengalami kekacauan. Pada saat itu, terjadi inflasi 600% per tahun, produksi,
perdagangan yang stagnan dan dan infrastruktur mengalami kerusakan. Kekacauan
ekonomi pada tahun itu menyebabkan terjadinya transisi politik, dimana presiden
Indonesia pertama digulingkan oleh militer dan pengantinya Soeharto memegang
kepemimpinan Negara. Soeharto merancang sebuah kebijakan stabilisasi ekonomi
yang juga akan bertujuan untuk mendorong pengembangan industri Nasional. Para
ekonom merancang rencana stabilisasi selama dua tahun dengan empat tujuan
jangka pendek, yaitu untuk menurunkan inflasi, untuk mengamankan moratorium
utang luar negeri dan memperoleh kredit baru, dan untuk membuat kebijakan baru yang terbuka terhadap
investasi asing.
Tahap
kedua 1975-1981, ditandai dengan booming pendapatan minyak. Produksi minyak Negara
itu meningkat secara signifikan pada tahun 1970-an dan seterusnya., terutama di
Sumatra dan Kalimantan. Tahap ketiga 1982-1997, dimulai ketika harga minyak
mulai turun pada tahun 1982. Penghasilan dari ekspor minyak turun dari US $10,6
miliar menjadi US $ 7,2 miliar. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi dapat
merugikan perekonomian indonesia, yaitu
terjadinya resesi di seluruh dunia yang berdampak buruk terhadap permintaan
ekspor tradisional Indonesia dan melemahnya USD terhadap yen pada pertengahan
1980-an.
Tahap
empat adalah kebijakan industri selama dan setelah tahun 1998 (mungkin sampai
pertengahan 2000-an). Hal ini juga diketahui bahwa Indonesia dilanda krisis
ekonomi. Ini dimulai dari krisis mata uang, ketika krisis ekonomi Thailand
memicu keraguan mengenai stabilitas ekonomi Indonesia. Sebagai arah arus modal
mulai untuk membalikkan, nilai eksternal rupiah anjlok antara Juni dan November,
sebesar 35%. Otoritas moneter yang ada
tidak memilikim cadangan yang cukup
untuk mempertahankan nilai rupiah.
Sebaliknya, setelah kenaikan suku bunga dan memilih untuk memperbesar
band, kemudian pada akhirnya berpindah ke sistem free float. Meskipun suku
bunga tinggi, arus modal yang semakin cepat, tetapi mata uang terus melemah.
Menurut
Iskandar Putong (pengantar ekonomi makro : 2010 hal 94), secara umum ada
beberapa hambatan dalam pelaksanaan atau dalam penerapan kebijakan industri
dari periode sebelumnya sampai sekarang yaitu: (a) Pemerintah sering menerapkan
kebijakan dengan setengah hati dan menggunakan metode atau resep yang salah.
Sehingga yang seharusnya tetap disubsidi dihapuskan subsidinya. Yang seharusnya
harga diturunkan malah dinaikkan. (b) Adanya sebagian masyarakat pelaku ekonomi
yang berkhianat dan selalu ingin mencari untung sendiri dengan cara
memanfaatkan kondisi. (c) Pemerintah terkadang terlalu cepat mengambil
kebijakan ekonomi tanpa mempersiapkan infrastrukturnya, dan (d) Sebagian
masyarakat yang tidak percaya dengan kebijakan pemerintah dan mudahnya
terpengaruh dan terprovokasi dengan hasutan dari pihak-pihak yang akan
dirugikan dengan kebijakan baru pemerintah.
Singkat
kata, Kebijakan industri merupakan upaya atau tindakan pemerintah untuk
menstabilkan perekonomian ke arah yang lebih baik dengan menerapkan kebijakan
yang dapat memajukan industry di Indonesia. Kebijakan industri
merupakan suatu pendekatan yang bersifat agresif yang diusulkan untuk mendorong
perkembangan teknologi dalam kegiatan industri. Kebijakan perdagangan internasional
merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi internasional. Kebijakan
perdagangan internasional adalah kebijakan yang mencakup tindakan pemerintah
terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) daripada
neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang.
Kedua kebijakan ini akan membawa manfaat dan resiko masing masing serta
memiliki instrument-instrumen masing-masing. Hambatan-hambatan yang dihadapi
dalam penerapan keduan kebijakn diatas berasal dari kesalahan pemerintah dn
masyarakat itu sendiri berupa kesalahan teknis ataupun non teknis.
Hambatan-hambatan diatas dapat diatasi jika menggunakan metode dan resep jitu
yang tepat dalam penerapan masing-masing instrument kebijakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar